Solopos.com, SOLO—-Sejak awal berdiri, Yayasan Al Firdaus Kota Solo melalui sekolah yang dikelola dari jenjang TK sampai SMA mengedepankan prinsip layanan pendidikan yang holistik dan terintegrasi satu sama lain. Tepatnya, Sekolah Al Firdaus memiliki ekosistem pendidikan yang lengkap dan terbaik.
Humas Yayasan Al Firdaus, Imam Subkhan menjelaskan layanan secara holistik yang dimaksud adalah memandang peserta didik secara utuh dan menyeluruh. Menurutnya anak sebagai individu memiliki pribadi yang unik dan potensi yang beragam.
Menurutnya keunikan dan potensi itu dilihat dari beberapa aspek seperti fisik dan motorik anak. Termasuk melihat kemampuan seperti kognitif atau intelektual, sosial, emosional, komunikasi atau bahasa, religi, sampai kondisi psikologi dan mental.
“Sejak awal masuk, anak-anak harus mendapatkan asesmen untuk bisa mengetahui secara detail dan valid tentang kondisi dan profil siswa secara utuh dan menyeluruh,” kata dia ketika ditemui Solopos.com di kantornya, belum lama ini.
Pelayanan yang holistik tersebut sesuai dengan Al Firdaus yang mendeklarasikan sebagai sekolah inklusi. Prinsip sekolah inklusi yakni menerima semua siswa tanpa memandang latar belakang dan kondisi calon siswa, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Imam mengatakan pihaknya tidak pernah menolak anak.
“Sejak berdiri, Al Firdaus telah berkomitmen untuk menjadi sekolah yang terbuka, humanis, inklusif, dan tidak diskriminatif dengan menerima segala kondisi anak. Setiap anak yang mendaftar diterima, termasuk anak-anak yang mengalami kendala perkembangan, yaitu anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang disabilitas,” kata dia.
Guna mendukung layanan yang holistik, Imam menjelaskan seluruh sekolah di bawah Yayasan Al Firdaus menggunakan kurikulum International Baccalaureate atau IB World School.
“Kurikulum IB itu konsepnya sangat humanis dan sangat mengakomodir potensi siswa dan tidak membeda-bedakan dan semua siswa membaur. Al Firdaus ini termasuk yang pertama di Jawa Tengah,” kata dia.
Dia mengatakan para siswa sudah terbiasa belajar dan bermain bersama tanpa saling membeda-bedakan.
Siswa berkebutuhan khusus ini, kata dia, selain mendapatkan layanan pendidikan seperti halnya anak reguler lainnya, masih mendapatkan layanan tambahan seperti program keterapian, psikologi, konseling, dan program remedial atau pengayaan secara akademik. Termasuk program pengembangan lifeskill dan bakat.
“Harapannya, anak-anak istimewa ini secara akademis dapat dioptimalkan sesuai kemampuan dan potensinya. Sedangkan secara non akademis, fungsi dan tugas-tugas perkembangan anak dapat dioptimalkan sesuai usia kronologisnya,” kata dia.
Lalu untuk mengakomodasi kebutuhan siswa, pihaknya mengintegrasikan layanan sekolah dengan klinik tumbuh kembang anak bernama Puspa Holistic Integrative Care.
“Keberadaan Puspa sebagai wujud komitmen Al Firdaus dalam menyelenggarakan pendidikan yang humanis dan inklusif, dengan membaurkan anak-anak reguler dengan anak-anak berkebutuhan khusus, belajar dan bermain bersama di sekolah,” kata dia.
Pelayanan keterapian, medis, psikologis, dan pedagogis diberikan secara komprehensif dan terintegrasi sebagai satu keutuhan komplementari guna menunjang perbaikan kualitas tumbuh kembang anak.
“Selain itu, minat dan bakat yang menonjol dapat digali, ditemukan, diasah, dan dikembangkan secara optimal. Tujuannya, ke depan anak ini bisa mandiri, tidak selalu tergantung dengan orang-orang di sekitar, dan bisa menghidupi dirinya sendiri, sesuai keahlian dan kelebihannya,” kata dia.
Imam melanjutkan, selain pelayanan yang holistik kepada setiap peserta didik, seluruh unit pendidikan di Yayasan Al Firdaus terintegrasi ke semua jenjang. Materi pembelajaran dan kompetensi profil output yang diberikan dari tingkat TK sampai SMA bersifat lanjutan.
“Prinsipnya kan kita menggunakan Kurikulum IB yang mengajarkan profil siswa seperti Open minded [berpikiran terbuka], Caring [peduli], Risk-takers [pengambil risiko], dan lainnya sudah diajarkan sejak TK dan akan diajarkan secara berjenjang sampai SMA,” kata dia.
Bahkan, Imam menjelaskan layanan integrasi itu sudah diawali sejak penerimaan siswa baru melalui tahap identifikasi dan asesmen, berupa aspek bahasa, perilaku, sosial, kesiapan belajar dan observasi fisik-motorik.
Seperti yang sudah disebut di awal, proses asesmen terintegrasi dengan Klinik Puspa untuk mengetahui minat, bakat, dan kemampuan siswa. Bila ditemukan indikasi lain pada diri siswa, akan dilakukan asesmen lanjutan oleh Puspa yang mencakup aspek keterapian, psikologis, medis, dan akademis.
Dia mengatakan, hasilnya akan dikomunikasikan bersama antara pihak Puspa, sekolah, dan orang tua siswa dalam sebuah forum bersama, bernama Konferensi Kasus. Dalam forum tersebut, dibahas secara detail tentang kondisi siswa, seperti kelebihan dan kelemahan, termasuk program intervensi pembelajaran yang akan dilakukan untuk siswa tersebut yang meliputi semua aspek.
Hasilnya berupa profil siswa yang akan digunakan pada tahap pembelajaran. Pihak sekolah melakukan adaptasi kurikulum untuk masing-masing anak sesuai hasil asesmen. Dari situ juga akan disusun program keterampilan seperti terapi okupasi, terapi fisik, terapi wicara, dan terapi akademik, termasuk program pengembangan bakat istimewa/cerdas istimewa siswa.
“Pada saat evaluasi pembelajaran, akan diberikan laporan hasil belajar. Di dalamnya dilampiri laporan pencapaian perkembangan keislaman, perkembangan kurikulum nasional dan IB, serta perkembangan program inklusi,” kata dia.